Sebulan terakhir ini media sosial disibukkan oleh sebuah wacana yang muncul dari tim transisi presiden terpilih Jokowi-JK. Sebagian masyarakat menyambut dengan antusias gagasan ini. Tujuannya sangat mulia, yaitu menemukan kandidat paling berkualitas. Masyarakat umum berharap pula bahwa harapan itu menjadi nyata. Mungkin ini motode sahih dan perlu diuji keabsahannya selama lima tahun ke depan.
Hembusan angin segar sebagai terobosan anyar dan belum pernah dilakukan oleh pendahulunya. Ekspektasi masyarakat bertumbuh kembali, semoga menteri-menteri kabinet Jokowi –JK akan bekerja lebih baik, profesional dan terukur hasilnya. Salut dengan ide yang cerdas. Keterbukaan Jokowi-Jk terhadap masukan dari masyarakat perlu mendapatkan apresiasi walaupun belum bisa dipastikan bahwa ini adalah metode paling sahih.
Siapa calon menteri paling layak menurut anda? Silahkan kirim masukannya kepada panitia, silahkan kirim prestasi atau daftar hitam masa lalunya. Prinsipnya bebas bertanggung jawab. Bahkan siapapun yang berminat mengisi jabatan menteri boleh mengirimkan CV ke panitia seleksi.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah benar metode ini paling sahih dan aman? Bagaimana kriteria menteri supaya tidak terjerumus seperti pembeli kucing dalam karung?
Ingat, Pendidikan Tinggi Bukan Ukuran
Apakah pendidikan tinggi tidak diperlukan? Pasti diperlukan. Pendidikan menjadi syarat mendasar untuk seorang menteri. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan akan meningkatkan kualitas keputusan yang diambil. Mengapa? Pendidikan adalah pola pikir, yaitu pola kebijaksanaan seorang menteri mengambil keputusan dengan mendasarkan pada variabel-variabel bernalar. Tapi orang pintar belum tentu sukses memimpin kementerian? Betul, tetapi kalau mempercayakan sebuah institusi negara strategis kepada orang bodoh adalah kebodohan yang tidak bisa dimaafkan
Saat ini ada sekitar 25 ribu lulusan doktor atau setara S3 adalah putra putri Indonesia. Ini artinya sangat banyak sumberdaya manusia di negeri ini yang memenuhi syarat awal untuk sebuah posisi menteri. Kalau hanya mencari 32 orang dari himpunan yang sangat banyak tersebut pasti tidak sulit. Masalahnya adalah memilah-milah mereka hingga mendapatkan sosok paling pas. Negara ini butuh menteri yang hebat dengan kualifikasi plus-plus.
Pendidikan yang layak biasanya sebuah cerminan profesionalisme. Sejak awal Jokowi-Jk menekankan bahwa kabinet yang akan dibentuk menceminkan profesionalisme. Kabinet berasal dari orang-orang yeng kompeten. Kompeten dari sisi pendidikan, dan kompeten karena pengalaman yang cukup di bidangnya. Dengan demikian keputusan yang diambil juga profesional bebas dari interest pribadi dan intrik politik.
Kriteria Plus-plus Seorang Menteri
Apa yang dimaksud plus-plus? Seorang calon menteri dengan pendidikan layak plus 4 sifat kenabian. Inilah 4 sifat kenabian tersebut:.
Amanah, yaitu bisa dipercaya. Pemimpin amanah berkata jujur, berbuat baik dengan ihklas, ucapan dan perbuatan sinkron dan terpercaya. Pemimpin seperti ini yang ditunggu-tunggu rakyat Indonesia. Sedangkan lawan dari amanah adalah khianat. Ketika seorang pemimpin berkhianat, maka kehancuran menunggu di depan mata. Lihatlah deretan pemimpin yang berkhianat seperti beberapa kasus yang menjerat menteri. Mereka menggunakan kekuasaan dan wewenangnya untuk memperkaya diri sendiri. Memanfaatkan fasilitas negara untuk keluarga dan kroninya. Para gubernur, bupati/walikota, hakim, jaksa, pejabat kepolisian dan anggota DPR terhormat juga terlihat pengkhianatan terhadap rakyat Indonesia.
Fathonah, yaitu cerdas. Wahai Pak Presiden, pilihlah menteri anda dari golongan orang cerdas. Cerdas bukan bermakna pendidikan tinggi, cerdas adalah sifat dasar manusia yang bisa membuat keputusan terbaik dalam kondisi mudah dan sulit. Pemimpin cerdas bertindak kreatif inovatif, sehingga selalu ada yang baru dan menginspirasi orang lain. Lawan cerdas adalah bodoh. Orang bodoh berpikir cekak, mencari kambing hitam, mudah marah cenderung menyalahkan situasi dan orang lain.
Siddik, yaitu benar dalam perkataan dan perbuatan. Menteri berkata benar, bertindak jujur sejalan antara perkataan dan tindakannya. Sifat siddik dimiliki oleh para nabi dan rasul untuk memastikan bahwa dia berkata benar sebagaimana yang diwahyukan Tuhan.
Tablig, berarti menyampaikan. Pemimpin juga betindah sebagai juru dakwah. Menyampaikan dengan ucapan dan perbuatan. Menteri yang baik harus membagikan pengalaman dan pengetahuannya kepada masyarakat luas yang membutuhkan. Memberikan nasehat yang baik supaya masyarakat menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, menjalankan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Masihkan ada sosok pewaris nabi seperti itu? Pasti masih ada, selama Jokowi-JK melakukan dengan sungguh-sungguh. Mungkin di pelosok daerah terpencil ada pemimpin hebat tetapi luput dari expose media massa. Pemimpin amanah kadang tidak mau publikasi, mereka bekerja ihklas tanpa pamrih.
Kepada Pak Jokowi-JK, kini amanah rakyat di tangan anda berdua. Saatnya menunaikan amanah itu dengan sebaik-baiknya, seadil-adilnya seauai dengan sumpah dan janji. Kami rakyat Indonesia siap mendukung program bapak yang pro-rakyat, pro kemakmuran. Harapan kami bertumbuh, jangan pupuskan harapan itu.
PENULIS
Jaiman.mm24@gmail.com
Filed under: Artikel, Berita, Bisnis, Ekonomi | Tagged: Politik | Leave a comment »