Tidak Semua Orang Indonesia Gila Jabatan

Oleh : jaiman

Siapa bilang orang Indonesia gila jabatan? Ada tuh orang kita yang nothing to lose dengan jabatan, setidaknya hal ini terjadi di negeri kita. Bukhari Daud, bupati Aceh Besar adalah manusia langkah tersebut. Dengan alasan jabatan membuat dirinya tersiksa lahir batin, dia membulatkan tekad mengundurkan diri dari posisi prestius Bupati Aceh Besar ( Jawa Pos 14 September 2008). Dalam sebuah pernyataannya yang dibacakan sendiri di depan DPRK, dia mengungkapkan bahwa “Sejak saya memasuki ranah birokrasi pemerintahan menyebabkab diri saya mangalami penderitaan lahir batin. Kesehatan saya memburuk, penyakit liver, streess dan mudah lupa. Saya menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak”.

Walaupun hampir semua anggota DPRK Aceh Besar “nggandoli” Bukhari agar tetap menjalankan tugasnya sampai jabatannnya berakhir, tetapi dia tetap membulatkan tekatnya.

Sekali lagi, bahwa ini adalah fenomena langka di negeri kita, sementara sebagian besar pejabat birokratnya berusaha mati-matian mempertahankan atau mencari jabatan dengan cara-cara asulila. Bukan rahasia umum bahwa untuk mendapatkan jabatan bupati seseorang rela merogoh saku sampai puluhan miliar rupiah. demikian pula dengan para anggota legislatif yang mengeluarkan kocek sampai ratusan juta rupiah untuk mendapatkan nomor urut jadi dalam Pemili Legislatif.

Semoga apa yang dilakukan Bapak Bukhari Daud menjadi pelajaran yang berharga dan membuka mata hati kita, bahwa jabatan tidak membuat seseorang makin bahagia, bahkan sebaliknya makin tersiksa. Rakyat Indonesia merindukan figur seperti Bukhari Daud untuk memperbaiki moral birokrat yang bebal. Kami semua berharap semoga ke depan akan muncul pemimpin yang mengayomi rakyat, semoga.

Tinggalkan komentar