Berkah Melintasi Lumpur Lapindo

Oleh : Jaiman Paiton

424836fresh-fruit2009

Dalam setiap kesempatan sesungguhnya kita selalu mendapakan pesan hebat dari alam semesta ciptaan Tuhan. Apa yang kita lihat, dengar dan rasakan dalam hati selalu mengadung isyarat dari Tuhan. Ada orang yang dengan mudah menarik hikmahnya sehingga memberikan manfaat luar biasa seiring dengan perjalan waktu. Sebagian besar manusia malah tidak menangkap pesan Tuhan walaupun tanda-tandanya sangat nyata diperlihatkan secara kasat mata.

Pagi itu aku dan keluarga melakukan perjalanan menuju Probolinggo untuk berlibur semesteran anak-anak. Seperti biasa rute jalan di Porong sering memgalami gangguan. Seperti biasa setiap liburan jalan di samping tanggul lumpur Lapindo mengalami macet. Sejak menjelang exit tol Porong perjalan tersendat oleh padatnya kendaraan yang hendak keluar kota. Setelah membayar tiket tol, aku dapati beberapa joki pemandu kemacetan melambaikan tangan ke arahku sambil memberikan isyarat, 25 ribu saja. Setelah bertanya istri, kami sepakat memanfaatkan jasa joki untuk memandu perjalanan kami.

Sebenarnya aku sudah tahu jalan alternatif untuk menghindari macet langganan ala Lapindo, tetapi kami sepakat menggunakan joki dengan segala pertimbangan. Kami sepakat hanya dengan anggukan dan senyum. Seorang joki paruh baya berlari menuju sepeda motor butut di tepi jalan lalu mendahului kami dengan melambaikan tangan. Aku mengikuti dia menuju jalan yang dia maksud.

Sepanjang perjalan banyak sekali pos-pos panduan swadaya masyarakat untuk menarik sedekah dari para pengguna jalan alteratif. Mereka adalah pemuda desa yang jalannya digunakan sebagai jalur alternatif. Mereka sebelumnya adalah pegawai di pabrik atau sawah yang teredam oleh luapan lumpur Lapindo. Apa yang dia lakukan sesungguhnya bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi keadaan ini dilakukan karena keadaan yang memaksa.

Aku tidak mengeluarkan uang receh untuk pos-pos tersebut karena si joki memberikan isyarat kepada mereka bahwa, ini adalah tanggung jawabnya. Walaupun begitu beberapa kali dia juga mengeluarkan recehan sebagai solidaritas. Tidak kurang dari 10 kali dia mengeluarkan uang receh di pos-pos yang kami lewati. Kalau per pos dia mengeluarkan Rp 500, berarti minimum dia mengeluarkan kocek Rp. 5000,-

Saya pernah melihat wawancara seorang joki dengan sebuah stasion TV swasta, mereka adalah penduduk kampung tersebut yang kehilangan kerja karena tempat kerjanya terendam lumpur. Kalau lagi beruntung sehari seorang joki bisa mendapatkan 3 pelintas, tetapi kalai lagi jalan lancar mereka tidak mendapatkan pemasukan sama sekali. Saya prihatin melihat fenomena ini.

Singkat cerita perjalanan kami lancar dan mencapai exit tol Gempol setelah menempuh jalur alternatif sekitar 20 menit. Si joki memberikan isyarat kalau bundaran Gempol sudah di depan beberapa ratus meter lagi kemudian dia minggir memberhentikan sepedanya. Saya mendekati dia dan memberikan uang jasa yang telah kami sepakati, tidak lupa ada sedikit tips untuk dia. Kami sama-sama mengucapkan terima kasih. Alhamdulillah, hari ini aku dan keluarga mendapkan hikmah yang sangat hebat dari perjalanan yang singkat ini.

Saya sangat senang bisa berbagi bahagia dengan Pak Joki. Saya yakin dia melakukan pekerjaan ini karena tanggung jawabnya sebagai pribadi yang bertaqwa kepada Tuhan dan menjalankan sunnatullah. Mungkin juga dia memiliki keluarga yang sangat dicintainya, sehingga dia bekerja dengan sepenuh hati. Untuk menjadi joki dia juga mengeluarkan uang receh yang jumlahnya relatif banyak. Kalau dihitung-hitung mungkin hanya 20 ribu saya sisa bersih yang masuk kantongnya. Mudah mudahan apa yang kami lakukan membawa barokah untuk dia dan keluarganya. Lebih beruntungnya kami, dengan bantuan dia perjalanan sangat menyenangkan, kami tidak perlu tukar uang receh dan repot injak rem untuk bayar setiap pos yang jumlahnya mencapai puluhan.

Tinggalkan komentar