oleh : Jaiman
Saya geleng-geleng kepala dengan ulah Sumardy, seorang CEO perusahaan advertising Buzz&Co di Jakarta. Saya tidak habis pikir sampai dia memutuskan cara yang saya anggap super “nyleneh”. Senin, 6 June 2011 pagi, Sumardy dan staffnya mengirim 100 peti mati ke kantor media TV, radio, koran dan penerbitan di anteroJakarta. Kontan saja orang-orang yang dikirimi meradang dan melaporkan ulah Sumardy ke Polisi. Polisi langsung gerak cepat, Sumardy dan staffnya langsung digelandang ke Kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Walaupun isinya seonggok kembang wangi dan secarik kertas kartu nama, apa yang dilakukan Sumardy mengegerkan semua orang. Apa pasal?, karena peti mati dianggap sebagai simbul kematian, atau mungkin lambang berakhirnya hidup. Bahkan mungkin penghinaan, seolah-oleh si pengirim mengatakan “Matilah kau”. Benarkan demikian yang dimaksud si pengirim? Ternyata ini hanya trik marketing. Dari wawancara dengan mediamassa dia mengatakan bahwa peti mati yang di kirim hanya untuk menarik perhatian mediamassa buat peluncuran sebuah buku yang berjudul “Rest in Peace Advertising”.
Jujur, saya acungkan jempol untuk ide gilanya, bahkan dua jempol layak untuk ulahnya. Kalau benar bahwa motif yang dia lakukan adalah stategi pemasaran sebuah buku semata, maka cara yang dilakukan Sumardy tergolong super hebat dan super nekat.
Tung Desem Waringin tahun 2008 pernah menyebar uang 100 juta dari udara dengan sebuah heli di luar kota Jakarta untuk promosi bukunya “Marketing Revolution”. Waktu itu saya sempat dibuat terbelalak dengan ulahnya. Mungkin sebagian orang mengatakan “Edan bener si Tung Desem nih…”. Lain Tung Desem, lain pula Purdi Chandra. Purdi Chandra yang selalu mempopulerkan seminar dengan tajuk “Cara Gila Menjadi Pengusaha” plus tags word-nya “Berpikir dengan Otak Kanan”, masih laku keras hingga saat ini. Bahkan Joke yang berkembang di kalangan Entrepreneur University (EU) Pak Purdi selalu berpikir dengan “otak kanan luar”
Kalau dibandingkan dengan stategi Tung Desem dan Purdi Chandra, menurut saya,gayaSumardy lebih gila atau mungkin lebih tepatnya lebih cerdas. Menurut saya Sumardy berpikir dengan “Otak Kanan di Luar Kepala”. Mengapa saya katakan demikian? Karena cara ini benar-benar tidak wajar dan tidak pernah terlintas di otak orang-oarng sebelumnya.
Dia sempat ditanya oleh wartawan waktu digelandang oleh polisi. “Pak, apakah anda pernah berpikir bahwa cara ini akan berurusan dengan polisi?” Dia menjawab “Tidak, kami tidak berpikir sejauh itu” Saya tidak yakin kalau segala konsekuensi ini belum pernah dipikirkannya. Buktinya, dia tidak terlihat gugup waktu kantornya digerebek polisi. Dengan tenang dia melayani pertanyaan wartawan sambil menenteng bukunya di depan dada. Otomatis semua orang tahu buku yang sedang di promosikan. Jelas sekali, skenario ini sudah dipikirkan oleh Sumardy dan timnya. Cara promosi murah ala Sumardy berhasil dengan baik. Salut buat Sumardy….
Filed under: Bisnis, Ekonomi, Kesehatan, Management, Motivasi, Politik, Tips | Tagged: Artikel, Berita, Hikmah, Keluarga, Kesehatan, Management, Motivasi, Politik, Tips | 1 Comment »